Profil Kabupaten Ngawi

ImageKabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 17 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, namun karena prasaranan administrasi di kedua kecamatan baru belum terbentuk maka dalam publikasi ini masih menggunakan Perda yang lama. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur.

Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

  • Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten
  • Bojonegoro. Sebelah Timur: Kabupaten Madiun.
  • Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
  • Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah).
Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2006adalah 873.489 jiwa, terdiri dari 426.615 penduduk laki-laki dan 446.874 penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex ratio sebesar 95, artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 95 penduduk laki-laki.

Bila dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 4.838 jiwa atau meningkat sebesar 0,55 persen. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Paron dengan 90.586 jiwa dan Kecamatan Pangkur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 27.928 jiwa.

Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi tahun 2004 adalah 674 jiwa/km2, di mana tingkat kepadatan tertinggi di Kecamatan Ngawi (1.104 jiwa/km2) dan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar (224 jiwa/km2).


Sosial

Mayoritas penduduk Kabupaten Ngawi beragama Islam dengan presentasi sekitar 99%. Jumlah penduduk menurut agama yang dipeluk kondisi akhir 2006 adalah Islam sebanyak 884.864 jiwa, Katolik 5.711 jiwa, Kristen 4.520 jiwa, Hindu 44 jiwa, Budha 136 jiwa dan lainnya 34 jiwa.

Jumlah tempat ibadah terdiri dari masjid 1.289 bangunan, mushola 3.598 bangunan, gereja 71 bangunan, kuli 1 bangunan, dan vihara 1 bangunan. Jumlah jemaah haji Kabupaten NGawi tahun 2006 adalah 180 orang dimana 92 orang di anataranya jemaah wanita. Jumlah pondok pesantren di Ngawi mencapai 106 pesantren dengan jumlah santri sebesar 17.970 orang.

Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi tahun 2006 menunjukan jumlah TK sebanyak 505 dengan jumlah murid sebanyak 13.401 siswa, dengan rasio murid - sekolah 27, jumlah SD 605 dengan muris sebanyak 73.476 siswa dengan rasio murid sekolah sebesar 121. Jumlah murid SMP mencapai 28.667 tersebar di 71 sekolah dengan ratio sebesar 404. Sedangkan muris SMK/SMU sebanyak 18.789 siswa tersebar di 46 sekolah dengan ratio siswa sekolah sebesar 408.

Beberapa sarana kesehatan pada tahun 2006 yang jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya antara lain :
Puskesma dari 23 menjadi 24
Puskesmas Pembantu (Pustu) dari 61 menjadi 62
Tempat praktek bidan meningkat dari 226 menjadi 267
Apotik dari 25 menjadi 30
Posyandu dari 1.141 menjadi 1.148
polindes dari 131 menjadi 147

Jumlah kelahiran pada 2006 tercatat sebanyak 12.415 dimana 11. 512 persalinan ditolong oleh bidan, 819 ditolong oleh dokter dan 84 persalinan ditolong oleh dukun bayi. Walaupun masih ada yang ditolong oleh dukun bayi namun jumlahnya dari tahun ke tahun semakin menurun.Angak penurunan tersebut mengindikasikan bahwa pola pikir orang tua telah bergeser ke arang yang modern dan lebih mengutamakan keselamatan.

Pertanian
Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Ngawi. Betapa tidak, dari 129.598 ha luas wilayah Kabupaten Ngawi 72 persen diantaranya berupa lahan sawah, hutan dan tanah perkebunan. Sektor ini menyerap sekitar 76 persen dari total tenaga kerja yang ada. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman pangan khususnya komoditi padi merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi pertanian. Untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir produksi padi mengalami kenaikan. Pada tahun 2000 Kabupaten Ngawi menempati urutan keempat seJawa Timur dibawah Kabupaten Jember, Banyuwangi, dan Lamongan. Namun demikian sejak tahun 2001 produksi padi terus mengalami penurunan. Pada tahun 2001 produksi mencapai 5.922,58 ton, pada tahun 2002 5.499,47 ton dan pada tahun 2003 turun lagi menjadi 5.210,926 ton. Pada tahun 2004 ini produksi padi mencapai 5.573,375 ton atau meningkat sebesar 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian diharapkan kenaikan tersebut dapat dipertahankan pada tahun berikutnya sehingga bisa menyamai atau malah bias melampaui produksi pada tahun 2000. Kenaikan produksi tersebut salah satunya didorong oleh bertambahnya luas panen yaitu dari 93.847 hektar pada tahun 2003 menjadi 101.314 hektar.

Industri
Sektor Industri di Kabupaten Ngawi berjalan lambat namun terus meningkat baik dari segi jumlah usaha maupun nilai produksinya. Jumlah industri kecil / kerajinan rumah tangga naik dari tahun 2005 sebanyak 14.544 menjadi 14.566 di tahun 2006. Nilai produksi juga menungkat dari 77,8 milyar rupiah pada tahun 2005 menjadi 80,9 milyar pada tahun 2006.

Ekonomi
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kab. Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi. Pembangunan ekonomi Kabupaten Ngawi sejak tahun 2000 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan PDRB dari tahun 2000 hingga 2003 tidak hanya diakibatkan oleh kenaikan harga saja tetapi juga dikarenakan adanya peningkatan produksi, sebab penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan pengaruh harga. Dengan kata lain secara umum produktivitas berbagai sektor usaha terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2003 total PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2.459.100,09 juta rupiah, artinya telah terjadi kenaikan 55,9 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari 1.577.141,94 juta rupiah pada tahun 1999. Struktur perekonomian suatu daerah dapat ditunjukkan melalui peranan atau kontribusi sektor ekonomi yang terbentuk. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuannya menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari sektor-sektor yang dominan. Sampai dengan tahun 2003 perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan 2003 diatas 40%, artinya bahwa lebih dari 40 persen dari seluruh nilai tambah dihasilkan dari sektor pertanian. Tidaklah aneh bila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten Ngawi, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 (Susenas) sektor ini menyerap 63% dari total penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang memberi sumbangan cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Ngawi adalah sektor perdagangan. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sektor ini menyumbang lebih dari 25% dari total PDRB. Perekonomian Kabupaten Ngawi sebelum terjadinya krisis ekonomi nasional atau lebih populer dengan sebutan “krisis moneter” (pertengahan 1997) selalu mengalami pertumbuhan yang positip. Pada tahun 1998, akibat dari krisis tersebut perekonomian Kabupaten Ngawi juga terkontraksi. Hampir semua sektor ekonomi mengalami penurunan produksi atau dengan kata lain mengalami pertumbuhan minus. Namun satu tahun kemudian perlahanlahan kegiatan ekonomi mulai bangkit, yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang positip, yaitu 1,03% di tahun 1999, 1,54% pada tahun 2000, 1,91% pada tahun 2001, 2,21% pada tahun 2002 dan 2,96% pada tahun 2003. Bila dilihat pertumbuhan menurut sektor ekonomi, sektor pertanian menunjukkan kecenderungan penurunan pertumbuhan khususnya tanaman bahan makanan, artinya dari tahun ke tahun produksi sektor ini mengalami penurunan. Penyebab penurunan produksi ini antara lain makin sulitnya pasokan air untuk irigasi, penurunan mutu pupuk yang dilakukan petani untuk mengurangi ongkos produksi dan semakin tidak suburnya lahan pertanian akibat pemakaian pupuk/obat-obatan dimasa lalu yang melebihi ambang batas. Namun demikian pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait telah melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan kembali produksi pertanian. Langkah itu antara lain pemeliharaan dan pengembangan saluran irigasi, pembangunan waduk/bendungan, penggantian pupuk kimia dengan pupuk biologis dengan maksud untuk mengembalikan kesuburan tanah dan penerapan dan pengembangan teknologiteknologi pertanian lainnya Tingkat perkembangan harga atau inflasi/deflasi menunjukkan persentase perubahan harga barang/jasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan perubahan produksinya. Salah satu kegunaan data inflasi adalah untuk mengetahui kestabilan harga, hal ini penting karena dalam pembangunan ekonomi akan lebih terarah bila tingkat harga tidak fluktuatif sehingga tidak menimbulkan gejolakgejolak di masyarakat. Selain itu fluktuasi harga yang terjadi mempengaruhi daya beli masyarakat, karena berakibat ketidakseimbangan dengan pendapatan. Akibat krisis monoter yang pengaruhnya mulai dirasakan tahun 1998 terjadi lonjakan harga yang tinggi hingga lebih dari 50%, artinya harga dari barang/jasa pada saat itu naik lebih dari separohnya. Mulai tahun 1999 tingkat perkembangan harga relatif stabil di kisaran 10 persen, ini menunjukkan kondisi perekonomian di Kabupaten Ngawi dalam kurun tersebut telah tabil. Dalam perekonomian kenaikan harga memang mutlak diperlukan untuk menjaga kestabilan produksi karena kenaikan biaya produksi bisa ditutupi. Namun demikian kenaikan harga tersebut juga diikuti dengan meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat. Artinya tingkat kenaikan harga di kisaran 10% tersebut tidak berakibat pada penurunan daya beli karena diikuti oleh peningkatan pendapatan masyarakat.

Sumber : ngawikab.go.id

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Unknown pada 06.42. dan Dikategorikan pada . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

0 komentar untuk Profil Kabupaten Ngawi

Tinggalkan Komentar

PENGUNJUNG ONLINE


Bagi temen-temen yang ingin berpartisipasi dalam mengisi blog ini caranya gampang, tinggal kirim Biodata Anda ke lintas@ymail.com.

Bagi temen - temen yang menginginkan wilayahnya mempunyai blog tersendiri, kami akan membuatkan blog sesuai nama daerah temen tinggal, asal temen - temen bersedia untuk mengisi blog yang temen minta.

Setiap Kontribusi akan sangat bermanfaat bagi kemajuan daerah kita, termasuk generasi saat ini dan yang akan datang.

Bila tulisan yang di kirim mengambil dari sumber lain, Jangan lupa sebutkan sumber tulisan secara lengkap berikut link asal tulisan tersebut.

Tulisan tidak berbau sara, hasutan, mengadu domba, maupun ponografi. Seluruh isi tulisan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pengirim. blog ini hanya sebagai sarana untuk menyebarkan isi tulisan.

2010 Lintas Ngawi. All Rights Reserved. - Designed by Lintas Ngawi